SEKILAS SEJARAH DESA SAOTENGAH
2.1.1. Sejarah Desa
(i)
Kampung Joalampe
(pusat pemerintahan: sekarang Desa Ale Nangka)
(ii)
Kampung Korong atau
Gella Korong (sekarang Desa Samaturue)
(iii)
Kampung Kalobba atau
Macoa Kalobba (sekarang Desa Kalobba)
(iv)
Kampung Sompong atau
Gella Sompong (sekarang Desa Massaile)
Menurut
sejarahnya nama SAOTENGAH telah dipergunakan sebagai nama wilayah ini (Arung
Nangka/Saotengah) pada zaman kerajaan Bulo-Bulo, bahkan menurut cerita rakyat
nama SAOTENGAH lebih dulu dipergunakan sebagai nama akkarunneng daripada nama Nangka. Nama SAOTENGAH diambil dari
bentuk Rumah (sao dalam bahasa bugis
klasik) Arung Nangka pertama BASO BOGO DG PARANI berbentuk payung yang hanya memiliki satu
tiang ditengah dan memiliki ruas antara semua sudut ruangan sama luasnya. Oleh
karena bentuk arsitekturnya yang hanya memiliki satu tiang ditengah, maka Rumah
tesebut diberi nama Sao-Tengngah
berarti Rumah bertiang tengah. Dalam penggalan kalimat Bahasa Bugis
diterjemahkan berikut; sao artinya
Rumah sedangkan tengngah: artinya
tengah dengan kata lain tiang Rumahnya
berada di tengah. Dari nama inilah penghuni Rumah tersebut di gelar Puang
Saotengah atau Puang Lompo dan wilayahnya disebut Arung Saotengah. Versi lain
mengatakan bahwa nama Saotengah diambil dari penggalan Bahasa Bugis Massau- Ditengngah, yang artinya massau: berada di poros antara dua atau
lebih matra dan ditengngah; di tengah, kata itu diambil dari keberadaan
wilayah ini yang berada persis pertemuan antara dua kebudayaan besar, yakni:
kebudayaan Makassar disebelah selatan (Gowa) dengan kebudayaan Bugis disebelah utara (Tellu
Limpoe dan Bone) dan wilayah ini berada persis ditengah antara dua kebudayaan
besar ini, maka atas dasar ini Arung pertama pada saat itu memberi nama wilayah
kekuasaannnya dengan Sau-Tengngah
yang akhirnya dilafalkan menjadi SAOTENGAH.
Pada masa pemerintahan Arung Kedua BESSE KALAKA mengubah nama Saotengah menjadi Arung Nangka, peristiwa ini terjadi pada saat beliau beristirahat di istananya di Paccing (suatu tempat di Desa Ale Nangka sekarang) yang berdekatan dengan telaga kecil tempat mandi kerbau, tiba-tiba anjing menggonggong bertanyalah BESSE KALAKA pada pengawalnya (suronya) “apa yang saksikan anjing kenapa menggonggong begitu keras, suro” menjawablah suro “anjing menggonggong karena melihat bayangan buah nangka (lempu bahasa bugis) di telaga Paduka tuan (Puang)”, mendengar jawaban suro (pengawal) beliau bertitah namakan wilayah kekuasaan saya ini dengan nama Nangka dan karena itu BESSE KALAKA digelar dengan BESSE NANGKA dan wilayah kekuasannya disebut Arung Nangka untuk mengabadikan peristiwa di atas, maka nama Arung Nangka digunakan sebagai nama wilayah kampung berada disebelah barat dan disebelah timur Sungai Apareng hingga sampai tahun 1960-an setelah pembentukan desa gaya baru.
Pada masa pemerintahan Arung Kedua BESSE KALAKA mengubah nama Saotengah menjadi Arung Nangka, peristiwa ini terjadi pada saat beliau beristirahat di istananya di Paccing (suatu tempat di Desa Ale Nangka sekarang) yang berdekatan dengan telaga kecil tempat mandi kerbau, tiba-tiba anjing menggonggong bertanyalah BESSE KALAKA pada pengawalnya (suronya) “apa yang saksikan anjing kenapa menggonggong begitu keras, suro” menjawablah suro “anjing menggonggong karena melihat bayangan buah nangka (lempu bahasa bugis) di telaga Paduka tuan (Puang)”, mendengar jawaban suro (pengawal) beliau bertitah namakan wilayah kekuasaan saya ini dengan nama Nangka dan karena itu BESSE KALAKA digelar dengan BESSE NANGKA dan wilayah kekuasannya disebut Arung Nangka untuk mengabadikan peristiwa di atas, maka nama Arung Nangka digunakan sebagai nama wilayah kampung berada disebelah barat dan disebelah timur Sungai Apareng hingga sampai tahun 1960-an setelah pembentukan desa gaya baru.
Arung Nangka
(nama lain: Saotengah) terbentuk sekitar abad 17 masehi pada masa Pemerintahan
Raja Bulo-Bulo ke-17 JAI Dg. NIYATU yang menetapkan dan mengeluarkan kebijakan memperluas struktur organisasi pemerintahan
Kerajaan Bulo-Bulo pada saat itu, sebagai akibat terjadi pertambahan penduduk
yang terus meningkat dan wilayah kekuasaannya terus berkembang. Wilayah Nangka
atau Saotengah menjadi wilayah Kerajaan Bulo-Bulo merupakan hasil penaklukan Raja ke-5
Aputappareng yang menaklukkan Bulukumba dan sekitanrya pada abad 14
masehi. Sebelum Arung Nangka (Saotengah)
terbentuk wilayah ini telah dihuni dan ditempati oleh penduduk yang
berpindah-pindah mencari tempat subur dalam kelompok kecil yang dikepalai oleh Anang (orang tua kampung) yang
berkembang menjadi Gella dan wilayah
ini dinamakan Alo’na Apereng setelah Apungtappereng Raja Bulo-Bulo ke-5 menaklukkan daerah ini bersama wilayah
Bulukumba dan sekitarnya. Sekitar tahun
1769 dibentuklah Arung Saotengah (Arung Nangka) dan BASO BOGO DG PARANI
sebagai arung pertama yang
merupakan salah satu cabang keturunan
Raja Bulo-Bulo. Setelah digantikan oleh Putrinya BESSE KALAKA yang bergelar
BESSE NANGKA, maka nama Arung Nangka digunakan sampai pada tahun 1960-an.
Pada tahun 1960 Bupati Sinjai Pertama Abd. Latif berdasarkan Undang-undang Nomor; 25 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II mengeluarkan kebijakan Pembentukan Desa Gaya Baru, yakni kebijakan peralihan dan perubahan nama arung (penguasa kampung) menjadi desa di Kabupaten Sinjai yang mengharuskan Arung Nangka menjadi kepala desa, pada saat yang sama dikeluarkan pula kebijkan pergantian nama desa. Petta Bennu yang tunjuk menjadi pejabat sementara kepala desa pada saat peralihan dari arung menjadi kepala desa pada tahun 1962 mengundang seluruh tokoh masyarakat Nangka untuk bermusyawarah membahas mengenai penggantian nama nama desa. Pada musyawarah yang diadakan pada tahun 1962 muncul dua usalan nama desa yakni; (1) Desa Saotengah, dan (2) Desa Tanjo, musyawarah akhirnya menyetujui nama Saotengah menjadi nama desa, karena dianggap memiliki akar sejarah yang kuat, dan pada saat itulah nama Saotengah dikukuhkan menjadi nama Desa Saotengah untuk menggantikan nama Nangka untuk wilayah Arung Nangka.
Pada tahun 1960 Bupati Sinjai Pertama Abd. Latif berdasarkan Undang-undang Nomor; 25 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II mengeluarkan kebijakan Pembentukan Desa Gaya Baru, yakni kebijakan peralihan dan perubahan nama arung (penguasa kampung) menjadi desa di Kabupaten Sinjai yang mengharuskan Arung Nangka menjadi kepala desa, pada saat yang sama dikeluarkan pula kebijkan pergantian nama desa. Petta Bennu yang tunjuk menjadi pejabat sementara kepala desa pada saat peralihan dari arung menjadi kepala desa pada tahun 1962 mengundang seluruh tokoh masyarakat Nangka untuk bermusyawarah membahas mengenai penggantian nama nama desa. Pada musyawarah yang diadakan pada tahun 1962 muncul dua usalan nama desa yakni; (1) Desa Saotengah, dan (2) Desa Tanjo, musyawarah akhirnya menyetujui nama Saotengah menjadi nama desa, karena dianggap memiliki akar sejarah yang kuat, dan pada saat itulah nama Saotengah dikukuhkan menjadi nama Desa Saotengah untuk menggantikan nama Nangka untuk wilayah Arung Nangka.
Pada tahun
1962 Petta Bennu digantikan oleh Mappamadeng sebagai pejabat sementara Kepala
Desa Saotengah dan masa pemerintahannya terjadi konflik politik yang
berkepanjangan dikalangan tokoh di Saotengah yang menyebabkan Mappamadeng
diganti oleh A. Nurdin sebagai pejabat sementara Desa Saotengah pada tahun 1964
untuk meredam suasana konflik yang terjadi pada waktu itu. Pada bulan Agustus 1967 diadakan pemilihan
desa di Nangka yang diikuti oleh 5 kandidat yaitu; (i) A. Mattoana Kadir, (ii)
Mamun, (iii) Nennung Dg Sirua dan (iv) Abd. Asis Dg Sitaba, (v) Teppeng Dg
Sitakka. Hasil pemilihan menunjukkan A. Mattoana Kadir peraih suara terbanyak
dan akhirnya A. Mattoana Kadir yang
lantik menjadi Kepada Desa Sotengah pertama yang defenitif pada tanggal 16
Agustus 1967. Wilayah Desa Saotengah meliputi wilayah Arung Nangka terdiri
dari: (1) Kampung Joalampe, (2) Kampung Korong, (3) Kampung Kalobba, dan (4)
Kampung Sompong. Pada tahun 1969 A. Mattoana Kadir memindahkan pusat
pemerintahan Desa Saotengah dari kampung Joalampe ke kampung Kalobbba di suatu
lokasi bernama Ompoe yang menjelma
menjadi Dusun Lappae pada tahun 1979 dan Kepala Dusun pertamanya Abd.
Karim.
Pada tahun
1975 Kampung Joalampe (menjadi Desa Ale Nangka pada tahun1990) dilebur ke Desa
Sangiaserri atas permintaan Kepala Desa kedua H. Dottoro sebagai akibat konflik
antara A. Petengngai Kepala Kampung Jolampe dengan H. Dottoro yang
berkepanjangan pada waktu, untuk mengakhhiri konflik, maka Joalampe disepakati
masuk ke Desa Sangiaserri dan sebagai gantinya wilayah Siri (Desa Sangiaserri)
disebelah barat Balangpesoang dilebur ke Desa Saotengah, disepakati Sungai
Apereng menjadi batas desa antara Desa Saotangah dengan Desa Sangeiasseri. Pada
tanggal 25 Desember 1985 Kampung Kalobba berpisah menjadi Desa Kalobba
berturut-turut ikuti oleh Kampung Sompong dimekarkan pada bulan Desember 1989
dengan nama Desa Massaile dan terakhir Kampung Korong berpisah pada tanggal 23
Desember 2005 dengan nama Desa Samaturue. Sekarang wilayah Desa Saotengah hanya
meliputi Dusun Lappae dan sebagian wialyah Kampung Korong di masa lalu.
Sepanjang sejarahnya pemerintahan
Arung Nangka dan Kepala Desa Saotengah selama
kurang lebih 200 tahun telah
mengalami pergantian Arung dan Kepala Desa. Adapun susunan Arung Nangka dan
Kepala Desa Saotengah sepanjang sejarah dari masa ke masa adalah sebagai
berikut:
1.
Baso Bogo Dg Parani
(Arung I: 1769 – 1794)
2.
Besse Kalaka atau
Besse Nangka
(Arung II; 1794 – 1824)
3.
Lihu Dg Maliun
(Arung III: 1824 – 1869)
4.
Jollo Dg Riolo
(Arung IV: 1869 – 1899)
5.
Chanrikko Dg Patanga
(Arung V: 1899 – 1924)
6.
Caco Dg Pasau
(Arung VI: 1924 – 1955)
7.
Sakkirang Dg. Manassa
(Arung Pasanre/pejabat Arung:
1955 – 1960)
8.
Petta Bennu
(Pejabat Sementara peralihan
arung ke desa; 1960 - 1962)
9.
Mappamadeng
(Pejabat Sementara peralihan:
1962 – 1964)
10. A.
Nurdin
(Pejabat Sementara peralihan:
1964 -1967)
11. A.
Mattoana Kadir
(Kepala Desa Defenitif ke - I: 1967 – 1971)
12. Abd.
Rahman K
(Pjs. Kepala Desa 1971-
1972)
13. Dottoro
(Kepala Desa - II: 1972 – 1993)
14. Daming
(Pjs. Kepala Desa 1993 – 1994)
15. Erni
Martina HD
(Kepala Desa - III : 1994 – 2010)
16. Jabir
Burung
(Pjs. Kepala Desa; 2010 - 2011
17. A.
Asdar AM
(Kepala Desa ke - IV; 2011 – 2014)
18. Nurbaya,
SE
(Pjs. Kepala Desa 2014- 2015)
19. Hariyanto
(Kepala Desa – V; 2015 – 2021)
Demikian sejarah singkat Desa Saotengah (Penulis Umar yudirma)
0 Comments